Selasa, Agustus 21, 2012

Yahudi Rusak Sendi-sendi Kehidupan Goyim (PART 2)

lanjutan dari part 1

Foto: lanjutan dari part 1
Yahudi Rusak Sendi-sendi Kehidupan Goyim (PART 2)

2. A. Yahudi Menyerang Agama Nashrani

Nabi Isa as lahir saat Yerusalem dijajah Imperium Romawi yang menganut kepercayaan Politeisme atau kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan (para dewa-dewi). Penjajahan ini membuat ras Yahudi dari Suku Essenes yang masih berpegang pada agama Tauhid yang dibawa Nabi Musa as, terbelenggu karena tak dapat mengembangkan agamanya, sementara ras Yahudi dari Suku Farisi dan Saduki makin lama makin jauh dari ajaran agama Samawi (agama yang diturunkan dari langit) itu. Bahkan, karena kepercayaan Romawi tak berbeda dengan kepercayaan nenek moyang mereka yang penyembah berhala (paganisme), akhirnya tak sedikit dari mereka yang kembali kepada agama nenek moyangnya itu.

Saat Nabi Isa menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Suku Essenes dengan senang hati mengikutinya, namun Suku Farisi dan Saduki membencinya. Apalagi karena setiap kali berdakwah, Nabi Isa as selalu mengingatkan penyelewengan kedua suku itu, dan memintanya agar kembali ke jalan yang benar dengan hanya menyembah satu Tuhan; Allah. Dakwah Isa as ini membuat suku Farisi dan Saduki ingin membunuhnya, namun mereka gagal menghasut pemerintah Romawi agar menangkap dan menghukum mati putra Maryam, meski para pemuka kedua suku itu memfitnah Nabi Isa as dengan mengatakan bahwa Al Masih berniat melakukan makar demi membebaskan ras Yahudi dari penjajahan Romawi, sekaligus ingin menjadikan dirinya sebagai Raja Yahudi. Pemerintah Romawi tak terhasut karena tahu bahwa pertikaian antara Yahudi Farisi dan Saduki dengan Isa Putra Maryam, adalah untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Berkat pengkhianatan satu dari dua belas sahabat Nabi Isa as, Yahuda al-Iskhriyutha yang dalam agama Kristen disebutkan bernama Yudas Iskariot, Al Masih ditangkap Yahudi Farisi dan Saduki, dan diserahkan kepada Pilatus, Gubernur Romawi di Yerusalem. Pilatus sempat ingin membebaskan Isa as karena menganggap sang Al Masih tidak melakukan kesalahan apapun, namun Yahudi Farisi dan Saduki bersikeras bahwa Isa as harus dihukum. Isa as bahkan mereka tuduh sebagai orang yang sedang berusaha menyesatkan rakyat, dan perampok. Mereka meminta Pilatus menyalib Putra Maryam.
Pilatus juga menolak permintaan itu, namun karena Yahudi Farisi dan Saduki mendesak, bahkan memaksa, akhirnya Pilatus memenuhi permintaan mereka karena khawatir Yahudi Farisi dan Saduki akan mengamuk dan membuat kerusuhan. Maka, penyaliban pun dilakukan.

"Sepeninggal Isa", dengan dibantu pemerintah Romawi, Yahudi Farisi dan Saduki melakukan "pembersihan" terhadap para murid dan sahabat Nabi Isa as (hawariyyin) yang tinggal sebelas orang, sehingga di antara mereka ada yang lari dari Yerusalem. Di antara Yahudi Farisi yang melakukan pengejaran adalah Saul atau Paulus dari Kota Tarsus, Kikilia. Oleh kaumnya, dia ditugaskan melakukan pengejaran hingga Damsyik. Orang ini lah yang membuat agama Nashrani yang dibawa Nabi Isa as menyeleweng karena memasukkan unsur trinitas dalam agama Tauhid itu.

"Penghancuran" agama Nashrani oleh orang Yahudi ini bermula ketika ia kembali ke Palestina setelah melakukan pengejaran ke Damsyik. Begitu menginjakkan kaki kembali di Yerusalem, ia datang ke tempat-tempat peribadatan pengikut Nabi Isa as, dan mengaku kalau dirinya telah menganut agama Nashrani. Para pengikut Nabi Isa as yang kemudian dikenal sebagai penganut ajaran Nashrani (Kristen) Unitarian, tak percaya begitu saja, dan Paulus pun membual. Katanya, ketika ia berada di Damsyik pada tengah hari, ia melihat ada cahaya yang memancar dari langit, dan kemudian terdengar suara yang mengaku sebagai Yesus (Isa as), dan menegurnya karena apa yang ia lakukan melukai hati Yesus. Bahkan kata Yesus, ia takkan dapat menghindar dari dosa atas perbuatannya itu. "Maka aku pun tersadar dan bertaubat, dan terus ke tempat ini untuk ikut bersamamu," imbuhnya.

Para pengikut Nabi Isa as memercayainya. Apalagi karena kemudian Paulus memperlihatkan kesungguhan dalam mempelajari ajaran Nabi Isa as, dan menjadi pendakwah. Ia menyiarkan agama Nashrani hingga negeri yang jauh seperti Antighia dan negeri-negeri lain yang tidak tersentuh agama Yahudi. Termasuk Roma.

Namun waktu kemudian membuktikan kalau Paulus hanya berpura-pura memeluk agama Nashrani karena kemudian ia menuhankan Isa as, dan bahkan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Bapak Isa as, dan juga menuhankan Maryam sebagai Tuhan Ibu (trinitas). Pertikaian pun pecah antara Paulus dan para pengikut Nabi Isa as, namun Paulus tak peduli. Dalam waktu singkat, pengikutnya demikian banyak karena "agama baru" yang dibuatnya, yang dinamakan "Katholica" dan berarti agama untuk umum, mudah menarik minat dan perhatian masyarakat penganut Politeisme dan Paganisme.

Puncak pertikaian itu terjadi pada akhir abad ke-3 dan memasuki abad ke-4. Kala itu Arius (250-336 M), seorang tokoh Nashrani Unitarian yang bermukim di Alexandria, Mesir, dengan gigih menentang Katholica, sehingga lahirlah gerakan Arianisme untuk menentang Kristen buatan Paulus itu. Ia bahkan menerbitkan buku berjudul Thallia. Di masa inilah Gereja menjadi pecah dua, yakni yang disebut Pauline Church (Gereja Paulus), dan Apostolic Church (Gereja Rasuli) milik penganut Nashrani (Kristen) Unitarian.

Pertikaian ini membuat Kaisar Romawi kala itu, Constantine I, khawatir pada kestabilan dan keamanan negaranya. Maka digelarlah sebuah sidang mediasi yang menghadirkan semua uskup dari seluruh penjuru imperium Romawi yang kemudian kita kenal dengan sebutan Konsili Nicea I. Sidang ini digelar pada 20 Mei 325 M di Kota Nicea (sekarang bernama Iznik, Turki). Dalam sidang ini, Arius menolak mentah-mentah konsep homoousios (satu hakikat) yang menjadi dasar ajaran Katholica Paulus, sehingga Isa as dituhankan, Allah Subhanahu wa Ta'ala dijadikan sebagai bapak Al Masih, dan Maryam dijadikan Tuhan Ibu. Semula, Kristen Unitarian yang diusung Arius didukung sekelompok uskup yang dipimpin Eusebius dari Nicomedia, namun setelah ia memaparkan pandangan-pandangannya tentang agama Nashrani yang ia yakini, sebagian besar uskup dalam kelompok ini menarik dukungan dan bahkan menudingnya telah melakukan penghujatan. Kristen Unitarian kalah dan Constantin mengakui eksistensi Kristen Trinitas.

Kekalahan ini membuat Arius beserta para pendukungnya dikucilkan, dan buku Thallia dibakar. Selain itu, jabatan Arius sebagai seorang diaken di Gereja Alexandria, juga dicopot, dan ia beserta pendukungnya dianggap sebagai musuh Gereja. Selama dalam pembuangan, Arius sangat menderita sehingga adik perempuan Constantine, Constantia, kasihan dan meminta Constantine memulihkan jabatan Arius. Constantine setuju. Namun sore hari, hanya beberapa jam sebelum upacara pemulihan jabatan akan dilakukan di Katedral Konstantinopel pada 336 M, Arius tiba-tiba meninggal. Kematiannya ini memicu polemik karena ada yang menganggap kematian Arius sebagai hukuman Tuhan, namun ada yang beranggapan kalau Arius mati karena diracun.

Sepeninggal Arius, Kristen Unitarian tetap eksis karena disebarluaskan oleh para pengikutnya, meski untuk itu mereka tak henti-hentinya berkonfrontasi dengan penganut Kristen Trinitas, terutama dengan Athanasius, uskup Alexandria, dan mereka yang menerima hasil Konsili Nicea I. Kristen Unitarian disebar hingga Eropa, terutama di kalangan bangsa Goth. Pada masa ini, muncul lagi tokoh Arianisme yang disegani, Ulfilas. Konon, meski mendukung Kristen Trinitas, Constantine I dan anak-anaknya sebenarnya mengakui kebenaran Kristen Unitarian. Bahkan menjelang kematiannya, Constantin sempat membaca syahadat yang mengakui bahwa Isa as adalah Rasul Allah.

...Dalam Al Qur'an surah An Nisaa ayat 171, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman; "Wahai Ahli Kitab (Yahudi & Nashrani), janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Mesias, Isa anak Maria itu, adalah rasul Allah dan kalimat-Nya yang disampaikannya kepada Maria, dan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "Tiga", berhentilah, lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara"....

Ayat ini merupakan bantahan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas doktrin trinitas Kristen yang dibuat Paulus, dan masih banyak lagi firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mendukung Arianisme atau Kristen Unitarian. Termasuk firman-Nya pada surah Al Maaidah ayat 73. Firman Allah; "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih".

Tak dapat dipungkiri bahwa konsep Paulus menuhankan Isa as selain karena ia berdarah Yahudi Frisian yang menganut Paganisme, juga karena tak suka pada ajaran yang dibawa Al Masih. Ia menciptakan trinitas karena terinspirasi oleh mukjizat-mukjizat Al Masih, seperti kelahirannya yang tanpa melalui pembuahan, kemampuannya menghidupkan kembali orang yang telah meninggal, dan "hidup kembali" setelah dibunuh di tiang salib. Namun dalam Al Qur'an Surah Maryam ayat 92-93, Allah dengan tegas mengatakan bahwa Isa bukan anaknya. Kata Allah; "Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba".

...Pernyataan ini ditegaskan pula dalam ayat-ayat lain, di antaranya surah Al An'am ayat 101. Kata Allah; "Dia-lah Sang Pencipta langit dan bumi. Bagaimana mungkin Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia-lah Yang menciptakan segala sesuatu; dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu"....

...Soal penyaliban Al Masih, dalam surah An Nisaa ayat 157-158, Allah berfirman: "Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah". Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"...

Saat akan ditangkap di Taman Gethsamani, Baitumuqaddis, setelah bersama para hawariyyin merayakan Hari Raya Roti Tak Beragi yang merupakan Hari Raya Paskah Yahudi, Al Masih didatangi Yudas yang ingin memberitahu Yahudi Farisi dan Saduki tentang yang mana sosok Al Masih di antara para sahabat dan pengikutnya. Caranya adalah dengan berbisik di telinga Al Masih.

Menurut literatur Islam, saat membisiki Al Masih itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala mengubah wajah Yudas hingga amat mirip dengan Isa as, sehingga ketika Yudas kembali kepada Yahudi Farisi dan Saduki, ia ditangkap, diserahkan kepada Pilatus, dan disalib. Sementara Isa as diangkat Allah ke langit, dan diturunkan lagi beberapa hari setelah mayat Yudas dimakamkan, sehingga orang mengira ia hidup kembali.

Di akhir zaman, menurut Allah dalam Al Qur'an, Nabi Isa akan diturunkan kembali untuk membantu Imam Mahdi membunuh Dajjal, dan menegakkan kembali agama Tauhid yang di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diganti namanya oleh Allah menjadi Islam. Bagi ras Yahudi, Dajjal adalah penyelamat mereka. Naudzubillahiminzalik!

Agama Islam merupakan agama penyempurna agama-agama Samawi sebelumnya yang di era sebelum Nabi Isa as hanya disebut sebagai agama Tauhid saja, dan di era Nabi Isa as disebut Nashrani. Dalam surah Al Maidah ayat 3, Allah berfirman; "Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu".
2. A. Yahudi Menyerang Agama Nashrani

Nabi Isa as lahir saat Yerusalem dijajah Imperium Romawi yang menganut kepercayaan Politeisme atau kepercayaan yang mengakui adan
ya lebih dari satu Tuhan (para dewa-dewi). Penjajahan ini membuat ras Yahudi dari Suku Essenes yang masih berpegang pada agama Tauhid yang dibawa Nabi Musa as, terbelenggu karena tak dapat mengembangkan agamanya, sementara ras Yahudi dari Suku Farisi dan Saduki makin lama makin jauh dari ajaran agama Samawi (agama yang diturunkan dari langit) itu. Bahkan, karena kepercayaan Romawi tak berbeda dengan kepercayaan nenek moyang mereka yang penyembah berhala (paganisme), akhirnya tak sedikit dari mereka yang kembali kepada agama nenek moyangnya itu.

Saat Nabi Isa menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Suku Essenes dengan senang hati mengikutinya, namun Suku Farisi dan Saduki membencinya. Apalagi karena setiap kali berdakwah, Nabi Isa as selalu mengingatkan penyelewengan kedua suku itu, dan memintanya agar kembali ke jalan yang benar dengan hanya menyembah satu Tuhan; Allah. Dakwah Isa as ini membuat suku Farisi dan Saduki ingin membunuhnya, namun mereka gagal menghasut pemerintah Romawi agar menangkap dan menghukum mati putra Maryam, meski para pemuka kedua suku itu memfitnah Nabi Isa as dengan mengatakan bahwa Al Masih berniat melakukan makar demi membebaskan ras Yahudi dari penjajahan Romawi, sekaligus ingin menjadikan dirinya sebagai Raja Yahudi. Pemerintah Romawi tak terhasut karena tahu bahwa pertikaian antara Yahudi Farisi dan Saduki dengan Isa Putra Maryam, adalah untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Berkat pengkhianatan satu dari dua belas sahabat Nabi Isa as, Yahuda al-Iskhriyutha yang dalam agama Kristen disebutkan bernama Yudas Iskariot, Al Masih ditangkap Yahudi Farisi dan Saduki, dan diserahkan kepada Pilatus, Gubernur Romawi di Yerusalem. Pilatus sempat ingin membebaskan Isa as karena menganggap sang Al Masih tidak melakukan kesalahan apapun, namun Yahudi Farisi dan Saduki bersikeras bahwa Isa as harus dihukum. Isa as bahkan mereka tuduh sebagai orang yang sedang berusaha menyesatkan rakyat, dan perampok. Mereka meminta Pilatus menyalib Putra Maryam.
Pilatus juga menolak permintaan itu, namun karena Yahudi Farisi dan Saduki mendesak, bahkan memaksa, akhirnya Pilatus memenuhi permintaan mereka karena khawatir Yahudi Farisi dan Saduki akan mengamuk dan membuat kerusuhan. Maka, penyaliban pun dilakukan.

"Sepeninggal Isa", dengan dibantu pemerintah Romawi, Yahudi Farisi dan Saduki melakukan "pembersihan" terhadap para murid dan sahabat Nabi Isa as (hawariyyin) yang tinggal sebelas orang, sehingga di antara mereka ada yang lari dari Yerusalem. Di antara Yahudi Farisi yang melakukan pengejaran adalah Saul atau Paulus dari Kota Tarsus, Kikilia. Oleh kaumnya, dia ditugaskan melakukan pengejaran hingga Damsyik. Orang ini lah yang membuat agama Nashrani yang dibawa Nabi Isa as menyeleweng karena memasukkan unsur trinitas dalam agama Tauhid itu.

"Penghancuran" agama Nashrani oleh orang Yahudi ini bermula ketika ia kembali ke Palestina setelah melakukan pengejaran ke Damsyik. Begitu menginjakkan kaki kembali di Yerusalem, ia datang ke tempat-tempat peribadatan pengikut Nabi Isa as, dan mengaku kalau dirinya telah menganut agama Nashrani. Para pengikut Nabi Isa as yang kemudian dikenal sebagai penganut ajaran Nashrani (Kristen) Unitarian, tak percaya begitu saja, dan Paulus pun membual. Katanya, ketika ia berada di Damsyik pada tengah hari, ia melihat ada cahaya yang memancar dari langit, dan kemudian terdengar suara yang mengaku sebagai Yesus (Isa as), dan menegurnya karena apa yang ia lakukan melukai hati Yesus. Bahkan kata Yesus, ia takkan dapat menghindar dari dosa atas perbuatannya itu. "Maka aku pun tersadar dan bertaubat, dan terus ke tempat ini untuk ikut bersamamu," imbuhnya.

Para pengikut Nabi Isa as memercayainya. Apalagi karena kemudian Paulus memperlihatkan kesungguhan dalam mempelajari ajaran Nabi Isa as, dan menjadi pendakwah. Ia menyiarkan agama Nashrani hingga negeri yang jauh seperti Antighia dan negeri-negeri lain yang tidak tersentuh agama Yahudi. Termasuk Roma.

Namun waktu kemudian membuktikan kalau Paulus hanya berpura-pura memeluk agama Nashrani karena kemudian ia menuhankan Isa as, dan bahkan menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Bapak Isa as, dan juga menuhankan Maryam sebagai Tuhan Ibu (trinitas). Pertikaian pun pecah antara Paulus dan para pengikut Nabi Isa as, namun Paulus tak peduli. Dalam waktu singkat, pengikutnya demikian banyak karena "agama baru" yang dibuatnya, yang dinamakan "Katholica" dan berarti agama untuk umum, mudah menarik minat dan perhatian masyarakat penganut Politeisme dan Paganisme.

Puncak pertikaian itu terjadi pada akhir abad ke-3 dan memasuki abad ke-4. Kala itu Arius (250-336 M), seorang tokoh Nashrani Unitarian yang bermukim di Alexandria, Mesir, dengan gigih menentang Katholica, sehingga lahirlah gerakan Arianisme untuk menentang Kristen buatan Paulus itu. Ia bahkan menerbitkan buku berjudul Thallia. Di masa inilah Gereja menjadi pecah dua, yakni yang disebut Pauline Church (Gereja Paulus), dan Apostolic Church (Gereja Rasuli) milik penganut Nashrani (Kristen) Unitarian.

Pertikaian ini membuat Kaisar Romawi kala itu, Constantine I, khawatir pada kestabilan dan keamanan negaranya. Maka digelarlah sebuah sidang mediasi yang menghadirkan semua uskup dari seluruh penjuru imperium Romawi yang kemudian kita kenal dengan sebutan Konsili Nicea I. Sidang ini digelar pada 20 Mei 325 M di Kota Nicea (sekarang bernama Iznik, Turki). Dalam sidang ini, Arius menolak mentah-mentah konsep homoousios (satu hakikat) yang menjadi dasar ajaran Katholica Paulus, sehingga Isa as dituhankan, Allah Subhanahu wa Ta'ala dijadikan sebagai bapak Al Masih, dan Maryam dijadikan Tuhan Ibu. Semula, Kristen Unitarian yang diusung Arius didukung sekelompok uskup yang dipimpin Eusebius dari Nicomedia, namun setelah ia memaparkan pandangan-pandangannya tentang agama Nashrani yang ia yakini, sebagian besar uskup dalam kelompok ini menarik dukungan dan bahkan menudingnya telah melakukan penghujatan. Kristen Unitarian kalah dan Constantin mengakui eksistensi Kristen Trinitas.

Kekalahan ini membuat Arius beserta para pendukungnya dikucilkan, dan buku Thallia dibakar. Selain itu, jabatan Arius sebagai seorang diaken di Gereja Alexandria, juga dicopot, dan ia beserta pendukungnya dianggap sebagai musuh Gereja. Selama dalam pembuangan, Arius sangat menderita sehingga adik perempuan Constantine, Constantia, kasihan dan meminta Constantine memulihkan jabatan Arius. Constantine setuju. Namun sore hari, hanya beberapa jam sebelum upacara pemulihan jabatan akan dilakukan di Katedral Konstantinopel pada 336 M, Arius tiba-tiba meninggal. Kematiannya ini memicu polemik karena ada yang menganggap kematian Arius sebagai hukuman Tuhan, namun ada yang beranggapan kalau Arius mati karena diracun.

Sepeninggal Arius, Kristen Unitarian tetap eksis karena disebarluaskan oleh para pengikutnya, meski untuk itu mereka tak henti-hentinya berkonfrontasi dengan penganut Kristen Trinitas, terutama dengan Athanasius, uskup Alexandria, dan mereka yang menerima hasil Konsili Nicea I. Kristen Unitarian disebar hingga Eropa, terutama di kalangan bangsa Goth. Pada masa ini, muncul lagi tokoh Arianisme yang disegani, Ulfilas. Konon, meski mendukung Kristen Trinitas, Constantine I dan anak-anaknya sebenarnya mengakui kebenaran Kristen Unitarian. Bahkan menjelang kematiannya, Constantin sempat membaca syahadat yang mengakui bahwa Isa as adalah Rasul Allah.

...Dalam Al Qur'an surah An Nisaa ayat 171, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman; "Wahai Ahli Kitab (Yahudi & Nashrani), janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Mesias, Isa anak Maria itu, adalah rasul Allah dan kalimat-Nya yang disampaikannya kepada Maria, dan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "Tiga", berhentilah, lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara"....

Ayat ini merupakan bantahan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas doktrin trinitas Kristen yang dibuat Paulus, dan masih banyak lagi firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mendukung Arianisme atau Kristen Unitarian. Termasuk firman-Nya pada surah Al Maaidah ayat 73. Firman Allah; "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih".

Tak dapat dipungkiri bahwa konsep Paulus menuhankan Isa as selain karena ia berdarah Yahudi Frisian yang menganut Paganisme, juga karena tak suka pada ajaran yang dibawa Al Masih. Ia menciptakan trinitas karena terinspirasi oleh mukjizat-mukjizat Al Masih, seperti kelahirannya yang tanpa melalui pembuahan, kemampuannya menghidupkan kembali orang yang telah meninggal, dan "hidup kembali" setelah dibunuh di tiang salib. Namun dalam Al Qur'an Surah Maryam ayat 92-93, Allah dengan tegas mengatakan bahwa Isa bukan anaknya. Kata Allah; "Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba".

...Pernyataan ini ditegaskan pula dalam ayat-ayat lain, di antaranya surah Al An'am ayat 101. Kata Allah; "Dia-lah Sang Pencipta langit dan bumi. Bagaimana mungkin Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia-lah Yang menciptakan segala sesuatu; dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu"....

...Soal penyaliban Al Masih, dalam surah An Nisaa ayat 157-158, Allah berfirman: "Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah". Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"...

Saat akan ditangkap di Taman Gethsamani, Baitumuqaddis, setelah bersama para hawariyyin merayakan Hari Raya Roti Tak Beragi yang merupakan Hari Raya Paskah Yahudi, Al Masih didatangi Yudas yang ingin memberitahu Yahudi Farisi dan Saduki tentang yang mana sosok Al Masih di antara para sahabat dan pengikutnya. Caranya adalah dengan berbisik di telinga Al Masih.

Menurut literatur Islam, saat membisiki Al Masih itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala mengubah wajah Yudas hingga amat mirip dengan Isa as, sehingga ketika Yudas kembali kepada Yahudi Farisi dan Saduki, ia ditangkap, diserahkan kepada Pilatus, dan disalib. Sementara Isa as diangkat Allah ke langit, dan diturunkan lagi beberapa hari setelah mayat Yudas dimakamkan, sehingga orang mengira ia hidup kembali.

Di akhir zaman, menurut Allah dalam Al Qur'an, Nabi Isa akan diturunkan kembali untuk membantu Imam Mahdi membunuh Dajjal, dan menegakkan kembali agama Tauhid yang di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diganti namanya oleh Allah menjadi Islam. Bagi ras Yahudi, Dajjal adalah penyelamat mereka. Naudzubillahiminzalik!

Agama Islam merupakan agama penyempurna agama-agama Samawi sebelumnya yang di era sebelum Nabi Isa as hanya disebut sebagai agama Tauhid saja, dan di era Nabi Isa as disebut Nashrani. Dalam surah Al Maidah ayat 3, Allah berfirman; "Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu".

0 comments:

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template