Rabu, November 13, 2013

Urgensitas Persaudaraan Antar Muslim

BERSATU“United we stand, devided we fall, we gotta keep the faith!”– Raybeez (Warzone)
Persatuan didalam dunia Islam memang tidak akan pernah terjadi jika kita masih belum paham apa urgensi dan makna ukhuwah Islamiyah dengan benar. Mungkin banyak diantara kita yang sering mendengar istilah itu, namun tidak benar-benar mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga, masih saja kita temui fenomena-fenomena problematika umat Islam yang belum terpecahkan. Padahal, ukhuwah Islamiyah adalah solusi dari berbagai problem tersebut.

Selasa, November 12, 2013

“Adakah Karakter Pancasila?” (2)


“Adakah Karakter Pancasila?” (2)
Konsep Tauhid
Seharusnya, bangsa Indonesia mau belajar dari kegagalan Orde Baru dalam upaya penempatan Pancasila sebagai pedoman amal. Upaya pemerintah Orde Baru untuk menempatkan Pancasila menjadi landasan moral dilakukan melalui sosialisasi dan indoktrinasi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tahun 1978, Partai Persatuan Pembangunan menolak pengesahan Tap MPR tentang P4. Tokoh Masyumi Sjafroedin Prawiranegara juga berkirim surat kepada Presiden Soeharto tanggal 7 Juli 1983, yang menyatakan, bahwa tidak ada yang namanya moralitas Pancasila, karena urusan moral sudah ada dalam agama masing-masing. Sjafroedin menekankan, bahwa Pancasila adalah asas negara dan landasan konstitusi.

“Adakah Karakter Pancasila?” (1)


“Adakah Karakter Pancasila?” (1)
PADA tanggal 24 Oktober 2013 lalu, saya bersyukur mendapatkan kesempatan berbicara dalam satu seminar tentang peradaban Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Seminar itu diadakan sebagai satu rangkaian kegiatan peringatan Dies Natalis ke-55 UMS. Bertindak sebagai keynote speaker adalah Prof. Malik Fadjar, mantan rektor UMS yang dikenal sebagai salah satu tokoh pendidikan di Indonesia. Pembicara lain adalah Dr. Gina Puspita, pakar aeoronotika, dosen Fakultas Teknik UMS,  yang juga pendiri “Klub Istri Taat Suami”, serta Prof Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, pakar manajemen dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Mengambil ‘Ibrah dari Kebejatan Ahli Kitab

Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) adalah dua prototipe umat para Nabi yang gagal mempertahankan keistimewaan yang dimiliki. Semestinya, dengan anugerah kitab dan kenabian yang mereka dapatkan, mereka menjadi umat yang paling depan dalam beriman kepada Allah swt. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, mereka menjadi umat yang paling kufur kepada Allah swt. Umat Nabi Muhammad saw yang diberi anugerah sama sudah semestinya mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kebejatan Yahudi dan Kristen tersebut.
Ahli Kitab, dijelaskan oleh QS. Ali ‘Imran [3] : 186 adalah umat yang pernah diberi kitab sebelum al-Qur`an. Kitab yang dimaksud, disebutkan dalam ayat ke-65; Taurat dan Injil. Umat yang diberi dua kitab tersebut adalah Yahudi dan Kristen/Nashrani. Kedua umat ini divonis kafir oleh Allah swt dan akan masuk neraka dengan kekal di dalamnya disebabkan menolak kenabian Nabi Muhammad saw (QS. Al-Bayyinah [98]).
Al-Qur`an menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab kekufuran Yahudi dan Kristen tersebut, yaitu: menelantarkan kitab Allah swt, syirik, ghuluw (kultus individu), membuat bid’ah, dan gila dunia takut mati. 
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template