Rabu, November 13, 2013

Urgensitas Persaudaraan Antar Muslim

BERSATU“United we stand, devided we fall, we gotta keep the faith!”– Raybeez (Warzone)
Persatuan didalam dunia Islam memang tidak akan pernah terjadi jika kita masih belum paham apa urgensi dan makna ukhuwah Islamiyah dengan benar. Mungkin banyak diantara kita yang sering mendengar istilah itu, namun tidak benar-benar mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga, masih saja kita temui fenomena-fenomena problematika umat Islam yang belum terpecahkan. Padahal, ukhuwah Islamiyah adalah solusi dari berbagai problem tersebut.

Sampai kapan mayoritas umat Islam di dunia ini diam saja melihat penindasan-penindasan yang dilancarkan musuh-musuh Islam di Gaza, Syria, Afghanistan, Rohingya, Pattani dan berbagai belahan dunia lainnya? Bukankah kita sudah sering mendengar istilah ukhuwah Islamiyah? Kenapa tetap saja saudara-saudara kita disana seolah hanya berjuang sendirian disebabkan hanya sebagian kecil saja diantara kita yang mau membantu?
Istilah ukhuwah Islamiyah, secara mudah memang diartikan sebagai persaudaraan sesama muslim. Namun apa pentingnya topik ini untuk kita terus bahas? Hal itu terkait dengan beberapa faktor krusial yang terjadi di dalam tubuh umat Islam ini. Pertama, setelah jatuhnya kekhilafahan Islam Turki Ustmani pada tahun 1924, negara kesatuan Islam terpecah menjadi lebih dari 55 negara kecil. Mungkin jika terpecah-pecah secara teritorial saja tidak terlalu sulit untuk disatukan kembali, akan tetapi yang menjadi masalah besar adalah setiap negara-negara tersebut terjangkiti paham nasionalisme. Paham tersebutlah yang membuat tiap-tiap negara pecahan tersebut menjadi lebih mencintai dan mempedulikan negaranya sendiri dalam batas teritorial yang mereka miliki saja. Sedikit demi sedikit, kecintaan mereka terhadap negaranya itu dapat mengikis kecintaan mereka terhadap umat Islam di negara lain yang terpisahkan oleh batas teritorial.
Kedua, kekosongan kepemimpinan umat Islam berakibat sulitnya menjadikan umat Islam diseluruh dunia ini bergerak dalam satu komando. Tidak ada satupun pemimpin, ulama atau tokoh Islam tertentu yang bisa dijadikan acuan bersama oleh seluruh umat Islam di dunia. Kalaupun tokoh-tokoh pemimpin tersebut ada, mereka hanya mampu mengomando kelompoknya saja. Kelompok lain tidak merasa memiliki pemimpin itu karena berada dalam jamaah/ kelompok lain yang bukan kelompoknya. Jika kepemimpinan Islam benar-benar ada, maka tentu akan mudah bagi kita untuk mengambil keputusan dalam satu komando, sehingga permasalahan-permasalahan umat Islam yang tertindas di belahan dunia lainnya juga pasti akan mudah terselesaikan. Satu misal saja, soal bantuan ekonomi bagi masyarakat muslim di Gaza, Syria dan Rohingya. Jika ada kepemimpinan Islam, lalu dia memerintahkan wajib bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia untuk menginfakkan hartanya sebesar 5% kepada mereka yang berada disana, inshaAllah dalam hitungan bulan saudara-saudara kita di daerah konflik akan cepat pulih perekonomiannya. Selanjutnya akan diikuti pulihnya sektor-sektor lainnya.
Namun dikondisi sekarang ini, kita hanya bisa mengandalkan rasa ukhuwah yang tersisa dihati umat Islam. Jika rasa ukhuwah itu masih besar, maka sebesar itu pula bantuan kepada saudara-saudara kita akan mengalir. Jika rasa ukhuwah itu hilang, maka setragis apapun nasib umat Islam di daerah lain tidak akan menjadi penggerak hati mereka untuk membantu.
Ketiga, relasi antar sesama muslim sendiri sering kali tidak harmonis dikarenakan banyaknya jamaah-jamaah Islam yang lebih mengedepankan persatuan jamaahnya diatas persatuan umat Islam secara umum. Akibatnya terjadilah kebanggaan yang berlebihan terhadap jamaahnya dan meremehkan jamaah lainnya. Padahal, setiap jamaah Islam memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang orientasi dakwahnya lebih menonjol pada amar ma’ruf, ada yang menonjol pada nahi mungkar, ada yang menonjol pada sisi pendidikan atau tarbiyah-nya, ada yang fokus pada pemberantasan syirik dan bid’ah, ada pula yang memiliki kelebihan pada pengorganisasian massa, dan lain sebagainya. Keberagaman itu seharusnya bisa memicu hubungan yang simbiosis mutualisme, yang saling menguntungkan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Bukan malah seperti yang terjadi saat ini, masing-masing jamaah saling menjelek-jelekkan jamaah lainnya. Baru sedikit saja melihat kekurangan jamaah lain, lalu dengan mudah menerapkan al-wala’ wal bara’. Padahal keberadaan jamaah lain itu jelas-jelas bukan musuh kita.
Dengan adanya beberapa fenomena yang dibahas diatas, pemahaman tentang ukhuwah islamiyah menjadi sangat penting untuk ditanamkan dalam diri setiap muslim. Tanpa ukhuwah, umat Islam hanya terlihat seperti buih dilautan. Banyak, tapi tidak membawa kekuatan apapun. Tanpa ukhuwah maka persatuan umat Islam, isu-isu bangkitnya khilafah islamiyyah, atau kembalinya kemenangan di tangan Islam hanyalah mimpi belaka. Tidak akan tercapai tujuan-tujuan mulia itu sebelum kita mampu mengenali siapa saja anggota tubuh umat ini sekaligus merasakan penderitaan-penderitaan mereka. Sebagaimana juga kita menjaga dan memelihara anggota tubuh kita sendiri.

0 comments:

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template